Menjadi Contoh VS Memberi Contoh


Pendidikan itu berbeda dengan pengajaran. Karakter itu berbeda dengan ilmu pengetahuan. Praktik berbeda dengan teori. Keyakinan berbeda dengan omongan. 

Lihat, banyak orang yang mengatakan saya cinta padamu, tapi sesungguhnya ia benar-benar benci. Banyak orang yang berbicara tinggi bahkan setinggi langit, tapi kenyataannya hanyalah sebatas perutnya saja. Banyak orang bilang berjuang demi bangsa dan negara, tapi ternyata ujungnya hanya merupakan penjajah. Banyak orang bersumpah dengan Asma yang suci, tapi akhirnya dikhianati. Banyak yang suatu kali melakukan kerja bareng memungut sampah, tapi membuangnya sembarangan setiap hari. 

Pemimpin berbeda pula dengan penguasa. Suara yang keluar dari hati, berbeda dengan bicara yang hanya di mulut. Perintah yang tulus berbeda dengan arahan yang hanya karena ingin fulus. Menunjukkan berbeda dengan menekan. Mengasihi berbeda dengn intimidasi. 

Lihat, betapa banyak orang yang ketika mendapat amanat tapi digunakan untuk memeras. Orang mendapat kepercayaan tapi digunakan untuk menindas. Orang didukung untuk maju tapi akhirnya mendorong keras agar menjauh. Orang yang semula dirayu dan diciumi tapi akhirnya dicampakkan setelah tahta diduduki. 

Menjadi contoh tak semudah sekedar memberi contoh. Memberi contoh memang sangat mudah. Tapi menjadi contoh itulah pemimpin sejati dan guru abadi. Pemimpin dan guru tak ingin memberi contoh, karena kehadirannya setiap saat sudah menjadi contoh. Kebanyakan pemimpin itu gagal, lalu jatuh mengenaskan, dicaci dan dimaki, adalah karena mereka tidak berperilaku sebagai pemimpon tapi sebagai penguasa. 

Pemimpin itu menjadi contoh. Sedang mereka yang gagal itu mengaku sebagai pemimpin tapi hanya bisa memerintah, minta dan disuap. 

Kebanyakan guru yang gagal juga karena tidak menjadi pendidik tapi hanya menjalankan tugas sebagai pengajar. Pengajar itu ringan kerjanya. Yang penting murid itu tahu. Difahami lalu diamalkan atau tidak, tak peduli. Bahkan murid-murid itu tahu dengan curang, mencontek atau membeli kunci jawaban, biar saja. Bila perlu agar semakin ringan, pengajar bisa turut mencarikan itu semua. 

Berbeda dengan pemimpin dan guru. Pemimpin selalu di depan menjadi contoh. Guru selalu digugu (dipercaya) dan ditiru (diteladani).

Itulah, sesungguhnya guru dan pemimpin tak banyak. Dan tak semua orang siap setulus hati. Maka guru dan pemimpin tak mungkin diraih oleh orang-orang yang berhati ambisi. Orang yang mendapatkan jabatan guru dan pemimpin dengan cara-cara yang ambisius niscaya mereka hanya menjadi pengajar bayaran dan penguasa yang selalu memeras. Apa hasilnya? Murid-murid yang tampak cerdas tapi bringas. Rakyat yang semakin banyak tapi melarat. Murid-murid banyak bisa berbahasa asing tapi tak kenal adab dan sopan santun. Rakyat yang kehilangan orientasi hidup di akhirat. Murid-murid yang kepalanya besar tapi hatinya keras sekeras batu. Rakyat yang hanya tahu tentang peradaban materi seperti hewan di kebun binatang.

Itulah, wahai guru, pemimpin, orang tua dan siapa saja yang menginginkan kebaikan dalam kehidupan dan meninggalkan saham besar untuk itu, haruslah bisa menjadi contoh yang baik dan bukan sekedar memberi contoh lalu pergi. Wallahu a'lam wahuwal haadi ilaa daris salaam.

Muhammad Syamlan
Pimpinan Pondok Pesantren IIT Rabbani
Ma'had Rabbani Bengkulu

7 komentar:

  1. Setuju banget Dani. Terimakasih sudah diingatkan

    BalasHapus
  2. Alangkah indahnya kalau semua guru dan pemimpin itu menjadi contoh sekaligus memberi contoh yang baik ya Pak, payah kalau yang sekarang ini kebanyakan tidak bisa dijadikan contoh

    BalasHapus
  3. Iya banget. Menjadi contoh itu tugas berat. Tapi kalo punya komitmen, bisa laah dilakoni. :)

    BalasHapus
  4. Sangat bijak postingnya, zaman sekarang mencari pemimpin dan guru sulit sekali. Kadang yang namanya pemimpin dalam organisasi karakternya dimiliki oleh salah satu anggota bukannya pemimpin sebenarnya. Kadang yang karakternya guru malah ditemukan dalam orang-orang yang bukan berprofesi sebagai guru.

    BalasHapus
  5. kedua-duanya adalah hal yang sangat patut di jadikan kebiasaan jika itu dalam hal yang baik... kunjungi balik blog ku ya

    BalasHapus
  6. semoga guru-guru di indonesia tidak hanya menjadi pengajar, tapi menjadi pendidik, menjadi teladan untuk murid2nya. #selfreminder terimakasih tulisannya mas

    BalasHapus
  7. Postingannya keren kak, pas banget dengan fenomena sekarang, tak hanya pemimpin, seseorang yang diberi amanah terkadang tak ubahnya peminta-minta elit, mengunakan kekuasaan untuk memeras. Semoga Bengkulu mendapatkan pemimpin yang amanah dan beriman.

    BalasHapus